I.
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan suatu usaha untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia
melalui kegiatan pembelajaran dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber
daya manusia itu sendiri baik secara intelektual, psikologi maupun aspek
sosial.
Proses
pembelajaran merupakan kegiatan fundamental dalam proses pendidikan yang mana
terjadinya proses belajar yang tidak terlepas dari proses mengajar. Makna dari
proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, karena memperoleh
pengalaman baru. Agar peserta didik memperoleh sejumlah pengalaman baru, maka
mereka harus mengikuti kegiatan belajar. Melalui pengalaman belajar peserta
didik memperoleh pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan atau
kompetensi dan lain sebagainya. Kegiatan belajar merupakan aktivitas tingkah
laku yang diperoleh dari dalam proses belajar seperti mengamati, mengkaji,
mendengar, membaca, menghafal, merasakan, dan menerima (Cronbanch, dalam
Iskandar, 2009:103).
Setiap peserta
didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karena karakteristik yang
berbeda-beda inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar. Adakalanya
peserta didik cepat menangkap apa yang dipelajari dan adakalanya terasa amat
sulit dalam menangkap apa yang dipelajari. Dalam hal semangat, terkadang
memiliki semangat yang tinggi dan terkadang tidak memiliki semangat dalam
belajar.
“Kemampuan
belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar.
Didalam proses belajar tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain
motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar dan konsep diri” (Djaali, 2011:101). Dalam
keadaan dimana peserta didik tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran
sebagaimana mestinya itulah yang dinamakan kesulitan belajar.
Akuntansi
merupakan salah satu pelajaran di SMA/MA yang termasuk dalam lingkup
matapelajaran ekonomi. Namun dalam pembelajaran akuntansi tidak sedikit peserta
didik yang mengalami kesulitan belajar.
Berdasarkan
hasil penelitian Maas (2004:33) menunjukkan tabel sebagai berikut:
Tabel 5 :
Pernyataan peserta didik mengenai sulitnya belajar akuntansi
Jawaban Responden
|
F
|
P
|
a. Sangat sulit
b. Agak
sulit
c. Mudah
|
15
3
2
|
75%
15%
10%
|
Jumlah
|
N-20
|
100%
|
Dari tabel
tersebut menunjukkan kebanyakan peserta didik merasa sangat sulit dalam belajar
akuntansi sebanyak 75%, agak sulit 15% dan 10% menganggap mudah.
Kesulitan belajar
ini menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:94) ditandai dengan hasil belajar yang
rendah. Akan tetapi, banyak peserta didik tidak menyadari bahwa konsep-konsep
dalam pelajaran akuntansi tersusun secara berurutan. Apabila peserta didik mengalami kesulitan dalam salah
satu pokok bahasan maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam pokok
bahasan selanjutnya.
Berdasarkan
latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan dalam
makalah ini mengenai faktor-faktor apasaja yang menyebabkan kesulitan belajar
akuntansi.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu faktor-faktor apasaja yang menyebabkan
kesulitan belajar akuntansi?
1.3
Tujuan
Adapun tujuan
dari pembuatan makalah ini yaitu ingin mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan kesulitan belajar akuntansi.
II.
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Belajar
Dalam proses pembelajaran, belajar memegang peranan yang
sangat penting sebab berhasil tidaknya suatu pencapaian tujuan belajar
dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik.
“Belajar
merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya
untuk merubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah
berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar,
perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan prilaku positif” (Iskandar,
2009:102).
Senada dengan
apa yang dikemukakan oleh Suryabrata (2007:232) bahwa:
1) Belajar
itu membawa perubahan (dalam arti behavioral
changes, aktual maupun potensial).
2) Perubahan
itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
3) Perubahan
itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).
Belajar
merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal usia, dan
berlangsung seumur hidup . Adapun menurut Hamalik (2004:27) belajar
adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification of
strengthening of behavior through experiencing)
Dari beberapa
pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan
yang dilakukan seseorang secara sengaja untuk memperoleh suatu perubahan tingkah
laku melalui interaksi dengan lingkungan.
2.2
Kesulitan
Belajar
Setiap
individu pada prinsipnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan
inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan peserta
didik. Proses belajar seseorang tidak akan selalu berjalan dengan lancar,
seorang yang mencari ilmu tidak akan terlepas dari kesulitan belajar. Menurut
Marnoko (2010:368) kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang
ditandai hambatan-hambatan tertentu sehingga mengganggu proses belajar dan
pencapaian hasil belajar.
Setiap peserta
didik tentunya berhak untuk mendapatkan peluang untuk mencapai hasil belajar
yang memuaskan. Namun dari kenyataannya tampak jelas bahwa peserta didik
memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar
belakang dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara peserta
didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Hal ini terlihat dari banyaknya
peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM. Meskipun pendidik sudah
berusaha semaksimal mungkin namun hasil belajar yang dicapai masih saja ada
yang kurang memuaskan.
Berdasarkan
pandangan Clement dalam (Suryani, 2010:34) “kesulitan belajar adalah dimana
anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau diatas rata-rata, namun
memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan
hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta
pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik”.
Menurut National Institute of Health, USA “kesulitan
belajar adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak dan remaja yang
ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensia dan
kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Lebih lanjut dijelaskan bahwa
kesulitan belajar kemungkinan disebabkan oleh gangguan didalam sistem saraf
pusat otak (gangguan neorobiologis)
yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan
bicara, membaca, menulis, pemahaman dan berhitung” (Idris, 2009:153).
Menurut Ahmadi
dan Supriyono (2004:78) kesulitan belajar yang dirasakan peserta didik
bermacam-macam yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu:
1. Dilihat
dari jenis kesulitan belajar.
·
Ada yang berat
·
Ada yang sedang
2. Dilihat
dari bidang studi yang dipelajari
·
Ada yang sebagian bidang studi
·
Ada yang keseluruhan bidang studi
3. Dilihat
dari sifat kesulitannya
·
Ada yang sifatnya permanen /menetap
·
Ada yang sifatnya hanya sementara
4. Dilihat
dari segi faktor penyebabnya
·
Ada yang karena faktor intelegensi
·
Ada yang karena faktor non-intelegensi.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana
adanya hambatan dan gangguan dalam proses belajar yang ditandai adanya
kesenjangan dalam pencapaian hasil belajar.
2.3
Jenis-Jenis
Kesulitan Belajar
Menurut Darsono
dalam Marnoko (2010:41) menyatakan terdapat beberapa jenis kesulitan belajar
diantaranya:
1.
Learning
Disoder
Learning disorder atau
kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu
karena adanya respon-respon tertentu yang bertentangan atau tidak sesuai.
Gejala semacam ini kemungkinan dialami oleh peserta didik yang kurang berminat
terhadap suatu mata pelajaran tertentu. Tetapi harus mempelajari karena
tuntutan kurikulum. Pada dasarnya yang mengalami kekacauan belajar, potensi
dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh
adanya respon-respon yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya
lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
2.
Learning
Disability
Kesulitan
ini berupa ketidakmampuan belajar karena berbagai sebab. Ketidakmampuan belajar
mengacu pada gejala dimana peserta didik tidak mampu belajar atau menghindari
belajar, sehingga hasil yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya.
3.
Learning
disfunction
Gangguan
belajar ini berupa gejala proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik
karena adanya gangguan syaraf otak sehingga terjadi gangguan pada salah satu
tahap dalam proses belajarnya. Kondisi semacam ini mengganggu kelancaran proses
belajar secara keseluruhan.
4.
Slow
Learner
Peserta
didik semacam ini memperlihatkan gejala belajar lambat atau dapat dikatakan
proses perkembanganya lambat. Peserta didik tidak mampu menyelesaikan pelajaran
atau tugas-tugas belajar dalam batas waktu yang sudah ditetapkan. Mereka
membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan sekelompok peserta didik lain
yang normal.
5.
Under
Achiever
Peserta
didik semacam ini memiliki hasrat belajar rendah dibawah potensi yang ada
padanya. Kecerdasannya tergolong normal, tetapi karena sesuatu hal proses
belajarnya terganggu sehingga prestasi belajar yang diperolehnya tidak sesuai
dengan kemampuan potensial yang dimilikinya.
Dengan mengetahui
jenis-jenis kesulitan belajar, guru sebagai salah satu komponen yang sangat
penting dalam kegiatan pembelajaran harus mengetahui faktor-faktor yang
menyebabkan terjadinya kesulitan belajar. Sehingga guru dapat memberikan solusi
terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik.
2.4
Faktor-Faktor
Penyebab Kesulitan belajar
Masalah
kesulitan belajar, tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Untuk memberikan
suatu bantuan atau suatu tindakan yang efektif kepada peserta didik yang
mengalami kesulitan belajar, tentunya seorang pendidik harus mengetahui
terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan
belajar.
“Fenomena
kesulitan belajar seorang peserta didik biasanya tampak jelas dari menurunnya
kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat
dibuktikan dengan munculnya kelainan prilaku (misbehavior) peserta didik seperti kesukaan berteriak-teriak
didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan
sering minggat dari sekolah” (Syah, 2007:173).
Belajar sebagai
suatu proses atau aktivitas, disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau
faktor-faktor. Suryabrata (2007:233) mengkalsifikasikan faktor-faktor yang
mempengaruhi belajar sebagi berikut:
1. Faktor-faktor
yang berasal dari dalam diri peserta didik (faktor intern) yaitu :
a) Faktor-faktor
fisiologis
b) Faktor-faktor
psikologis
2. Faktor-faktor
yang berasal dari luar diri peserta didik (faktor ekstern) yaitu:
a) Faktor-faktor
nonsosial
b) Faktor-faktor
sosial
2.4.1
Faktor-Faktor Intern
“Proses belajar
merupakan hal yang kompleks. Peserta didiklah yang menentukan terjadi atau
tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar peserta didik menghadapi
masalah-masalah secara intern. Jika peserta didik tidak dapat mengatasinya,
maka ia tidak belajar dengan baik” (Dimyati dan Mudjiono, 2009:238).
Faktor-faktor intern yang mempengaruhi kesulitan belajar sebagi berikut:
1. Faktor
fisiologis
Faktor
fisiologis ini merupakan faktor yang bersifat fisik atau jasmaniah. Menurut
Slameto (2003:54-55) faktor yang bersifat jasmaniah yaitu:
a. Kesehatan
Proses
belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu
juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika
badannya lemah. Menurut Mahmud (2010:95) kondisi organ tubuh yang lemah , dapat
menurunkan kualitas daya cipta sehingga, matapelajaran kurang bahkan tidak
berbekas. Hal ini dikarenakan saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal
memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran
melalui indranya.
b. Cacat
Tubuh
Cacat tubuh
adalah sessuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai
tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh tersebut akan mempengaruhi belajar
peserta didik. Peserta didik yang cacat akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.Menurut
Ahmadi dan Supriyono (2004:80) cacat tubuh dibedakan atas:
1)
Cacat tubuh yang ringan seperti kurang
pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor.
2)
Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti
buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya.
2. Faktor
Psikologis
Faktor
psikologis ini merupakan faktor yang bersifat rohani. “Sebagaimana yang kita
ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, dan rasa
aman” (Yamin, 2011:248). Jika hal tersebut tidak ada pada peserta didik maka
materi yang dipelajari akan sulit diterima. Menurut Slameto (2003, 55-59) ada
tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yaitu sebagai berikut:
a. Intelegensi
Semua psikolog hampir
sepakat bahwa tingkat kecerdasan otak menentukan tingkat keberhasilan belajar.
Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Peserta didik yang
mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang
mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
b. Perhatian
Untuk hasil
belajar yang baik, maka peserta didik harus mempunyai perhatian terhadap bahan
yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian peserta didik,
maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar.
c. Minat
Tidak adanya
minat peserta didik terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan
belajar. Karena minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan
dan mengenang beberapa kegiatan.
d. Bakat
Bakat adalah
potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Jika bahan pelajaran yang
dipelajari peserta didik sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih
baik karena biasanya seseorang akan lebih rajin dan giat jika yang dipelajari
itu sesuai dengan bakatnya.
e. Motif
Motif erat
sekali hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika peserta didik tidak
memiliki motif didalam belajar maka tujuan dari pembelajaran tidak akan
tercapai. Dengan tidak tercapainya tujuan pembelajaran menandakan peserta didik
mengalami kesulitan dalam belajar.
f. Kematangan
Kematangan
adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat
tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih
berhasil jika peserta didik sudah siap (matang).
g. Kesiapan
Kesiapan adalah
ketersediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan itu perlu diperhatikan
dalam belajar, karena jika peserta didik belajar dan padanya sudah ada
kesiapan, maka hasil belajranya akan lebih baik.
Menurut Dimyati
dan Mudjiono (2009:239-247) faktor intern yang menyebabkan peserta didik
mengalami kesulitan belajar yaitu : 1) sikap siswa yang sering mengabaikan
pelajaran, 2) lemahnya motivasi belajar siswa, 3) menurunnya konsentrasi
belajar siswa, 4) ketidakmampuan siswa dalam mengolah bahan belajar, 5)
lemahnya kemampuan siswa dalam mengelolah hasil belajar, 6) adanya rasa tidak
percaya diri siswa, 7) rendahnya tingkat intelegensi, 8) kebiasaan belajar yang
kurang baik, 9) cita-cita siswa yang belum jelas.
Sedangkan
menurut Yamin (2011:248) faktor intern yang menyebabkan peserta didik kesulitan
belajar yaitu kesehatan yang sering terganggu (sakit), IQ yang rendah, selain
faktor IQ yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar yaitu bakat, minat,
motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan tipe anak dalam belajar.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan secara umum mengenai faktor intern yang menyebabkan siswa mengalami
kesulitan belajar yaitu kesehatan tubuh yang sering terganggu, cacat tubuh,
tingkat intelegensi yang rendah, tidak adanya perhatian peserta didik terhadap
bahan pelajaran, tidak adanya minat terhadap pelajaran, lemahnya motivasi
belajar peserta didik, dan kebiasaan belajar yang kurang baik.
2.4.2
Faktor-Faktor
Ekstern
Seperti faktor
intern, faktor ekstern juga terdiri atas dua macam, yaitu faktor sosial dan nonsosial.
1. Faktor
Sosial
“Faktor sosial
adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun
kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir” (Suryabrata,
2007:234).
Menurut Ahmadi
dan Supriyono (2004:85-93) yang termasuk dalam faktor ini antara lain
a. Keluarga
Keluarga merupakan
pusat pendidikan yang pertama dan utama. Tetapi bisa juga menjadi faktor
penyebab kesulitan belajar.
-
Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak
/kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak
memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, orang tua yang bersifat kejam,
otoriter atau terlalu memanjakan anaknya akan menimbulkan mental yang tidak
sehat bagi anak. Semua itu akan menyebabkan anak kesulitan dalam belajarnya.
-
Hubungan Orang Tua dan
Anak
Yang dimaksud hubungan
adalah berupa kasih sayang penuh pengertian ataupun kebencian sikap keras, acuh
tak acuh, memanjakan dll. Kasih sayang dari orang tua kepada anak-anak
menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang akan
menimbulkan emosional insecurity.
Demikian juga dengan sikap keras, kejam, acuh tak acuh akan menyebabkan hal
yang serupa.
-
Contoh/ Bimbingan dari
Orang Tua
Orang tua merupakan
contoh terdekat dari anak-anaknya segala yang diperbuat orang tua tanpa
disadari akan ditiru oleh anak-anaknya.
-
Suasana Rumah /
Keluarga
Suasana keluarga yang
sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan
terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar.
-
Keadaan Ekonomi
Keluarga
1) Ekonomi
yang kurang/miskin, keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar,
kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua, tidak mempunyai tempat belajar
yang baik. Semua hal tersebut akan menghambat kemajuan belajar anak.
2) Ekonomi
yang Berlebihan / kaya, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan
segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang, dimanjakan orang
tuanya akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar.
Keadaan seperti ini akan menghambat kemajuan belajar.
b. Guru
Guru dapat menjadi
sebab kesulitan belajar apabila:
-
Guru tidak kualified,
baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang
dipegangnya.
-
Hubungan guru dengan
murid yang kurang baik
-
Guru menuntut standar
pelajaran diatas kemampuan anak
-
Guru tidak memiliki
kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat,
sifat, kebutuhan anak-anak dan sebagainya.
-
Metode mengajar guru
yang dapat menimbulkan kesulitan belajar, antara lain:
1) Metode
mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi atau tidak menguasai
bahan.
2) Guru
hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi.
3) Guru
dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga.
4) Metode
mengajar yang meneybabkan peserta didik pasif, sehingga peserta didik tidak ada
aktivitas.
c. Teman
Bergaul
Teman bergaul pengaruhnya
sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul
dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup
anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah
d. Kehidupan
Masyarakat / tetangga
Kondisi masyarakat
dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur sangat
mempengaruhi aktivitas belajar. Paling tidak seorang peserta didik akan
menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi.
2. Faktor
Nonsosial
Ada
beberapa faktor nonsosial yang menyebabkan kesulitan belajar yaitu:
a. Alat
Pelajaran
Alat
pelajaran yang kuarang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik.
Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan
banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
b. Kondisi
Gedung
Ruang
kelas / tempat belajar anak harus memenuhi syarat kesehatan seperti:
1) Ruangan
harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat
menerangi ruangan.
2) Dinding
harus bersih, putih, tidak terlihat kotor.
3) Lantai
tidak becek, licin atau kotor.
4) Keadaan
gedung jauh dari tempat keramaian sehingga anak mudak konsentrasi dalam
belajarnya
Apabila beberapa hal
tersebut tidak terpenuhi misalnya gedung dekat keramaian, ruangan gelap, lantai
basah, ruangan sempit, maka situasi belajar akan kurang baik.
c. Kurikulum
Kurikulum
yang kurang baik misalnya:
1) Bahan-bahannya
terlalu tinggi
2) Pembagian
bahan yang tidak seimbang
3) Adanya
pendataan materi
Kurikulum yang sesuai
dengan kebutuhan anak akan membawa kesuksesan dalam belajar.
d. Waktu
Sekolah dan Disiplin Kurang
Apabila
sekolah masuk sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan
yang optimal untuk menenrima pelajaran. Sebab energi sudah berkurang, disamping
udara yang relatif panas di waktu siang dapat mempercepat proses kelelahan.
Disamping
itu pelaksanaan disiplin yang kurang, misalnya murid-murid liar, sering
terlambat dating, tugas yang diberikan tidak dilaksanakan, keajibannya
dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih lagi gurunya kurang
disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam belajar.
e. Media
Massa
Media
massa meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang ada
disekeliling tempat tinggal kita. Hal-hal ini akan menghambat belajar apabila
terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu hingga akan lupa tugasnya
belajar.
Menurut Dimyati
dan Mudjiono (2009:248-254) faktor ekstern yang menyebabkan peserta didik
mengalami kesulitan belajar yaitu 1) guru belum sepenuhnya mampu menjadi Pembina
peserta didik dalam belajar, 2) sarana dan prasarana yang tidak lengkap, 3)
peserta didik yang tidak memiliki lingkungan sosial yang baik disekolah, 4)
perubahan kurikulum.
Sedangkan
menurut Yamin (2011:249) faktor ekstern yang menyebabkan munculnya masalah
kesulitan belajar yaitu anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup atau
mendapatkan perhatian yang berlebihan, hubungan orang tua dengan anak yang
tidak harmonis, kondisi tempat belajar
yang tidak mendukung, alat-alat pembelajaran yang tidak menunjang.
Dari beberapa
uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor ekstern yang menyebabkan
munculnya masalah kesulitan belajar adalah cara mendidik orang tua yang tidak
tepat, hubungan orang tua dan anak yang kurang baik, guru yang tidak kualified
dibidangnya, metode mengajar yang menoton, sarana dan prasarana yang tidak
menunjang, dan lingkungan tempat tinggal yang tidak baik.
2.5
Ciri-Ciri
Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Peserta didik
yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan-hambatan sehingga
menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh guru. Menurut Ahmadi dan
Supriyono (2004:94) ada beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan
belajar :
1) Menunjukkan
prestasi yang rendah / dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
2) Hasil
yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan
keras tetapi nilainya selalu rendah.
3) Lambat
dalam melakukan tugas-tugas belajar.
4) Menunjukkan
sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura.
5) Menunjukkan
tingkah laku yang berlainan, seperti murung, pemarah, bingung, cemberut ,
kurang gembira, selalu sedih.
2.6
Usaha
Mengatasi Kesulitan Belajar
Menurut Ahmadi
dan Supriyono (2004:96-101) secara garis besar langkah-langkah yang perlu
ditempuh dalam mengatasi kesulitan belajar dapat dilakukan melalui enam tahap
yaitu:
1) Pengumpulan
data, untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak
informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu
pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data.
2) Pengolahan
data, data dioalh dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab
kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik.
3) Diagnosis, diagnosis adalah keputusan mengenai hasil dari pengolahan data
4) Prognosis, berdasarkan
hasil diagnosis dapat menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang
harus diberikan untuk membantu mengatasi masalahnya.
5) Treatment (perlakuan), pemberian
bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan
progam yang telah disusun pada tahap prognosis.
6) Evaluasi,
untuk mengetahui apakah treatment
yang diberikan tersebut berhasil dengan baik atau bahkan gagal sama sekali.
2.7 Pengertian Akuntansi
Akuntansi sering
disebut sebagai bahasa bisnis (business
language), atau lebih tepatnya sebagai bahasa pengambilan keputusan.
Semakin seseorang menguasai bahasa ini, maka akan semakin baik pula orang
tersebut menangani berbagai aspek keuangan dalam kehidupannya.
Menurut American
Institute of Certified Publik Accounting (AICPA) dalam ( Harahap, 2012:5) “akuntansi
adalah seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran, dengan cara tertentu
dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya
bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya”.
Definisi akuntansi menurut Muawanah
(2008:1-2) dapat dirumuskan melalui dua sudut pandang yaitu:
1)
Apabila ditinjau dari sudut pandang
akuntansi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin ilmu atau
aktivitas jasa yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan
kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan suatu entitas atau transaksi
yang bersifat keuangan (financial).
2)
Jika ditinjau dari sudut pandang proses
kegiatannya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu entitas.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu ilmu atau seni pencatatn,
penggolongan, peringkasan dan pelaporan keuangan sehingga dapat dijadikan alat
untuk pengambilan keputusan.
2.8
Faktor-Faktor
Penyebab Kesulitan Belajar Akuntansi
Belajar
akuntansi berbeda dengan belajar matapelajarn yang lain karena didalam belajar
akuntansi membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan keterampilan dalam bentuk
latihan yang kontinyu. Belajar akuntansi boleh dikatakan tidak sesulit belajar
ilmu pasti, tetapi kenyataan dilapangan banyak siswa yang merasa kesulitan
dalam belajar akuntansi terbukti dengan hasil belajar yang masih rendah
(Marnoko, 2010:371). Hasil belajar yang rendah tersebut tentunya disebabkan
oleh banyak faktor. Berdasarkan hasil penelitian Maas (2004:48) faktor-faktor
yang mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan belajar akuntansi yaitu :
1) Fasilitas
yang belum mencukupi terutama buku-buku
literatur atau buku paket akuntansi yang tersedia diperpustakaan sekolah dan
banyak peserta didik yang tidak mempunyai alat hitung kalkulator.
2) Peserta
didik kurang dapat menguasai materi pelajaran akuntansi karena peserta didik
menganggap masih pelajaran yang baru.
3) Kurangnya
motivasi atau tidak mengetahui bagaimana metode atau cara belajar yang efisien.
Selain itu,
berdasarkan hasil penelitian Firmansyah (2005:48) menyimpulkan bahwa
faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar akuntansi pada pokok bahasan
jurnal umum adalah sebagai berikut:
1) Kesulitan
belajar akuntansi yang dialami peserta didik secara umum terletak pada
kesulitan peserta didik memahami maksud transaksi atau penginterprestasian
kalimat dalam soal.
2) Kesulitan
menganalisis hubungan antar transaksi.
3) Kesalahan
dalam menempatkan akun transaksi pada posisi yang tepat.
4) Kekeliruan
peserta didik menghitung nilai nominal transaksi
5) Persepsi
peserta didik tentang akuntansi yang dianggap sulit untuk dipelajari
6) Secara
umum sebagian besar siswa tidak mempunyai jadwal teratur .
7) Kurangnya
minat peserta didik untuk membaca materi dirumah.
8) Kurang
mempunyai daya serap yang baik dalam pokok bahasan jurnal umum.
9) Tidak
memiliki buku-buku yang menunjang untuk mempelajari akuntansi.
10) Sebagian
besar peserta didik merasa guru kurang menyampaikan dengan jelas terhadap
materi yang diajarkan
11) Peserta
didik kurang tertarik dengan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran
akuntansi dikelas.
12) Metode
mengajar guru dianggap kurang bervariasi atau monoton.
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar
akuntansi adalah sarana yang belum mencukupi, persepsi peserta didik terhadap
pelajaran akuntansi yang dianggap sulit dan masih baru, kurangnya motivasi dan
minat peserta didik, kebiasaan belajar peserta didik yang kurang baik, guru
yang kurang kompeten dalam penyampaian materi pelajaran, peserta didik kurang
tertarik dengan cara guru menyampaikan materi didalam kelas karena metode guru
yang mengajar kurang bervariasi atau monoton dan daya serap peserta didik yang
kurang baik terhadap materi akuntansi.
III.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian
diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi
dimana adanya hambatan dan gangguan dalam proses belajar yang ditandai adanya
kesenjangan dalam pencapaian hasil belajar. Kesulitan belajar ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari diri peserta didik (faktor
intern) dan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik (faktor ekstern).
Sedangkan faktor
yang menyebabkan peserta didik kesulitan belajar akuntansi yaitu sarana yang
belum mencukupi, persepsi peserta didik terhadap pelajaran akuntansi yang
dianggap sulit dan masih baru, kebiasaan belajar peserta didik yang kurang
baik, kurangnya motivasi dan minat peserta didik, , guru yang kurang kompeten
dalam penyampaian materi pelajaran, peserta didik kurang tertarik dengan cara
guru menyampaikan materi didalam kelas karena metode guru yang mengajar kurang
bervariasi atau monoton dan daya serap peserta didik yang kurang baik terhadap
materi akuntansi.
SUMBER BACAAN
Ahmadi dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali.
2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta :
Bumi Aksara.
Firmansyah.
2005. Kesulitan Belajar Akuntansi Siswa
Kelas II SMA Negeri 1 Indralaya.
Skripsi Indralaya : FKIP Universitas Sriwijaya.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses
belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harahap, Sofyan Safri. 2012. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Pers.
Idris, Ridwan. 2009. Mengatasi
Kesulitan Belajar dengan Pendekatan Psikologi Kognitif. Dalam Jurnal
Lentera Pendidikan. Vol. 12. Hal. 152—172.
Iskandar.
2009. Psikologi Pendidikan Sebuah
Orientasi Baru. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press.
Maas,
Markus. 2004. Faktor-Faktor Kesulitan
Belajar Akuntansi Siswa IPS
SMAK BPK PENABUR
Sukabumi. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur. No. 03. Hal 22—49.
Mahmud. 2010. Psikologi
Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Marnoko. 2010. Analisis
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Akuntansi Terhadap Prestasi
Siswa IPS Tahun Pelajaran 2009/2010.
Dalam Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Vol.3 No.2. Hal. 366—376.
Muawanah dan Fahmi.
2008. BSE Konsep Dasar Akuntansi dan Pelaporan
Keuangan
Jilid 1 Untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah,
Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. 2003. Belajar
dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Suryabrata,
Sumadi. 2007. Psikologi Pendidikan.
Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.
Suryani, Yulinda Erma. 2010. Kesulitan Belajar. Dalam Jurnal Magistra. No. 73. Th. XXII. Hal.
33—47.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarata: Gaung Persada (GP) Press.
SEMOGA BERMANFAAT :)