JUST GIVE ME A REASON

Senin, 14 Juli 2014

FAKTOR-FAKTOR KESULITAN BELAJAR AKUNTANSI



I.                  PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia melalui kegiatan pembelajaran dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia itu sendiri baik secara intelektual, psikologi maupun aspek sosial.
Proses pembelajaran merupakan kegiatan fundamental dalam proses pendidikan yang mana terjadinya proses belajar yang tidak terlepas dari proses mengajar. Makna dari proses belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku, karena memperoleh pengalaman baru. Agar peserta didik memperoleh sejumlah pengalaman baru, maka mereka harus mengikuti kegiatan belajar. Melalui pengalaman belajar peserta didik memperoleh pengertian, sikap penghargaan, kebiasaan, kecakapan atau kompetensi dan lain sebagainya. Kegiatan belajar merupakan aktivitas tingkah laku yang diperoleh dari dalam proses belajar seperti mengamati, mengkaji, mendengar, membaca, menghafal, merasakan, dan menerima (Cronbanch, dalam Iskandar, 2009:103).
Setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karena karakteristik yang berbeda-beda inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar. Adakalanya peserta didik cepat menangkap apa yang dipelajari dan adakalanya terasa amat sulit dalam menangkap apa yang dipelajari. Dalam hal semangat, terkadang memiliki semangat yang tinggi dan terkadang tidak memiliki semangat dalam belajar.
“Kemampuan belajar peserta didik sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Didalam proses belajar tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar dan konsep diri” (Djaali, 2011:101). Dalam keadaan dimana peserta didik tidak dapat mengikuti kegiatan pembelajaran sebagaimana mestinya itulah yang dinamakan kesulitan belajar.
Akuntansi merupakan salah satu pelajaran di SMA/MA yang termasuk dalam lingkup matapelajaran ekonomi. Namun dalam pembelajaran akuntansi tidak sedikit peserta didik yang mengalami kesulitan belajar.

Berdasarkan hasil penelitian Maas (2004:33) menunjukkan tabel sebagai berikut:
Tabel 5 : Pernyataan peserta didik mengenai sulitnya belajar akuntansi
Jawaban Responden
F
P
a.       Sangat  sulit
b.      Agak sulit
c.       Mudah
15
3
2
75%
15%
10%
Jumlah
N-20
100%

Dari tabel tersebut menunjukkan kebanyakan peserta didik merasa sangat sulit dalam belajar akuntansi sebanyak 75%, agak sulit 15% dan 10% menganggap mudah.
Kesulitan belajar ini menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:94) ditandai dengan hasil belajar yang rendah. Akan tetapi, banyak peserta didik tidak menyadari bahwa konsep-konsep dalam pelajaran akuntansi tersusun secara berurutan. Apabila  peserta didik mengalami kesulitan dalam salah satu pokok bahasan maka peserta didik akan mengalami kesulitan dalam pokok bahasan selanjutnya.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan dalam makalah ini mengenai faktor-faktor apasaja yang menyebabkan kesulitan belajar akuntansi.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu faktor-faktor apasaja yang menyebabkan kesulitan belajar akuntansi?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar akuntansi.



II.               PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Belajar
Dalam proses pembelajaran, belajar memegang peranan yang sangat penting sebab berhasil tidaknya suatu pencapaian tujuan belajar dipengaruhi oleh bagaimana proses belajar yang dialami peserta didik.
“Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya. Dengan demikian hasil dari kegiatan belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang belajar, perubahan tersebut diharapkan adalah perubahan prilaku positif” (Iskandar, 2009:102).
Senada dengan apa yang dikemukakan oleh Suryabrata (2007:232) bahwa:
1)      Belajar itu membawa perubahan (dalam arti behavioral changes, aktual maupun potensial).
2)      Perubahan itu pada pokoknya adalah didapatkannya kecakapan baru.
3)      Perubahan itu terjadi karena usaha (dengan sengaja).

Belajar merupakan kegiatan yang terjadi pada semua orang tanpa mengenal usia, dan berlangsung seumur hidup . Adapun menurut Hamalik (2004:27) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification of strengthening of behavior through experiencing)
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara sengaja untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku melalui interaksi dengan lingkungan.

2.2  Kesulitan Belajar
Setiap individu pada prinsipnya memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Perbedaan inilah yang menyebabkan perbedaan tingkah laku belajar dikalangan peserta didik. Proses belajar seseorang tidak akan selalu berjalan dengan lancar, seorang yang mencari ilmu tidak akan terlepas dari kesulitan belajar. Menurut Marnoko (2010:368) kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu sehingga mengganggu proses belajar dan pencapaian hasil belajar.
Setiap peserta didik tentunya berhak untuk mendapatkan peluang untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan. Namun dari kenyataannya tampak jelas bahwa peserta didik memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain. Hal ini terlihat dari banyaknya peserta didik yang memperoleh nilai dibawah KKM. Meskipun pendidik sudah berusaha semaksimal mungkin namun hasil belajar yang dicapai masih saja ada yang kurang memuaskan.
Berdasarkan pandangan Clement dalam (Suryani, 2010:34) “kesulitan belajar adalah dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau diatas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik”.
Menurut National Institute of Health, USA “kesulitan belajar adalah hambatan atau gangguan belajar pada anak dan remaja yang ditandai oleh adanya kesenjangan yang signifikan antara taraf intelegensia dan kemampuan akademik yang seharusnya dicapai. Lebih lanjut dijelaskan bahwa kesulitan belajar kemungkinan disebabkan oleh gangguan didalam sistem saraf pusat otak (gangguan neorobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman dan berhitung” (Idris, 2009:153).
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:78) kesulitan belajar yang dirasakan peserta didik bermacam-macam yang dapat dikelompokkan menjadi empat macam yaitu:
1.      Dilihat dari jenis kesulitan belajar.
·         Ada yang berat
·         Ada yang sedang
2.      Dilihat dari bidang studi yang dipelajari
·         Ada yang sebagian bidang studi
·         Ada yang keseluruhan bidang studi
3.      Dilihat dari sifat kesulitannya
·         Ada yang sifatnya permanen /menetap
·         Ada yang sifatnya hanya sementara
4.      Dilihat dari segi faktor penyebabnya
·         Ada yang karena faktor intelegensi
·         Ada yang karena faktor non-intelegensi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana adanya hambatan dan gangguan dalam proses belajar yang ditandai adanya kesenjangan dalam pencapaian hasil belajar.

2.3  Jenis-Jenis Kesulitan Belajar
Menurut Darsono dalam Marnoko (2010:41) menyatakan terdapat beberapa jenis kesulitan belajar diantaranya:
1.                  Learning Disoder
Learning disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena adanya respon-respon tertentu yang bertentangan atau tidak sesuai. Gejala semacam ini kemungkinan dialami oleh peserta didik yang kurang berminat terhadap suatu mata pelajaran tertentu. Tetapi harus mempelajari karena tuntutan kurikulum. Pada dasarnya yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respon-respon yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya.
2.                  Learning Disability
Kesulitan ini berupa ketidakmampuan belajar karena berbagai sebab. Ketidakmampuan belajar mengacu pada gejala dimana peserta didik tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil yang dicapai berada dibawah potensi intelektualnya.
3.                  Learning disfunction
Gangguan belajar ini berupa gejala proses belajar yang tidak berfungsi dengan baik karena adanya gangguan syaraf otak sehingga terjadi gangguan pada salah satu tahap dalam proses belajarnya. Kondisi semacam ini mengganggu kelancaran proses belajar secara keseluruhan.
4.                  Slow Learner
Peserta didik semacam ini memperlihatkan gejala belajar lambat atau dapat dikatakan proses perkembanganya lambat. Peserta didik tidak mampu menyelesaikan pelajaran atau tugas-tugas belajar dalam batas waktu yang sudah ditetapkan. Mereka membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan sekelompok peserta didik lain yang normal.
5.                  Under Achiever
Peserta didik semacam ini memiliki hasrat belajar rendah dibawah potensi yang ada padanya. Kecerdasannya tergolong normal, tetapi karena sesuatu hal proses belajarnya terganggu sehingga prestasi belajar yang diperolehnya tidak sesuai dengan kemampuan potensial yang dimilikinya.

Dengan mengetahui jenis-jenis kesulitan belajar, guru sebagai salah satu komponen yang sangat penting dalam kegiatan pembelajaran harus mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kesulitan belajar. Sehingga guru dapat memberikan solusi terhadap kesulitan belajar yang dialami peserta didik.

2.4  Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan belajar
Masalah kesulitan belajar, tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Untuk memberikan suatu bantuan atau suatu tindakan yang efektif kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, tentunya seorang pendidik harus mengetahui terlebih dahulu faktor apa yang menjadi penyebab munculnya masalah kesulitan belajar.
“Fenomena kesulitan belajar seorang peserta didik biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan prilaku (misbehavior) peserta didik seperti kesukaan berteriak-teriak didalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering minggat dari sekolah” (Syah, 2007:173).
Belajar sebagai suatu proses atau aktivitas, disyaratkan oleh banyak sekali hal-hal atau faktor-faktor. Suryabrata (2007:233) mengkalsifikasikan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar sebagi berikut:
1.      Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri peserta didik (faktor intern) yaitu :
a)      Faktor-faktor fisiologis
b)      Faktor-faktor psikologis
2.      Faktor-faktor yang berasal dari luar diri peserta didik (faktor ekstern) yaitu:
a)      Faktor-faktor nonsosial
b)      Faktor-faktor sosial

2.4.1 Faktor-Faktor Intern
“Proses belajar merupakan hal yang kompleks. Peserta didiklah yang menentukan terjadi atau tidak terjadi belajar. Untuk bertindak belajar peserta didik menghadapi masalah-masalah secara intern. Jika peserta didik tidak dapat mengatasinya, maka ia tidak belajar dengan baik” (Dimyati dan Mudjiono, 2009:238). Faktor-faktor intern yang mempengaruhi kesulitan belajar sebagi berikut:

1.      Faktor fisiologis
Faktor fisiologis ini merupakan faktor yang bersifat fisik atau jasmaniah. Menurut Slameto (2003:54-55) faktor yang bersifat jasmaniah yaitu:
a.       Kesehatan
Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah. Menurut Mahmud (2010:95) kondisi organ tubuh yang lemah , dapat menurunkan kualitas daya cipta sehingga, matapelajaran kurang bahkan tidak berbekas. Hal ini dikarenakan saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal memproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui indranya.
b.      Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sessuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh atau badan. Keadaan cacat tubuh tersebut akan mempengaruhi belajar peserta didik. Peserta didik yang cacat akan mengalami kesulitan dalam belajarnya.Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:80) cacat tubuh dibedakan atas:
1)      Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor.
2)      Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya.

2.      Faktor Psikologis
Faktor psikologis ini merupakan faktor yang bersifat rohani. “Sebagaimana yang kita ketahui bahwa belajar tentunya memerlukan sebuah kesiapan, ketenangan, dan rasa aman” (Yamin, 2011:248). Jika hal tersebut tidak ada pada peserta didik maka materi yang dipelajari akan sulit diterima. Menurut Slameto (2003, 55-59) ada tujuh faktor yang tergolong kedalam faktor psikologis yaitu sebagai berikut:
a.       Intelegensi
Semua psikolog hampir sepakat bahwa tingkat kecerdasan otak menentukan tingkat keberhasilan belajar. Intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar. Peserta didik yang mempunyai tingkat intelegensi yang tinggi akan lebih berhasil dari pada yang mempunyai tingkat intelegensi yang rendah.
b.      Perhatian
Untuk hasil belajar yang baik, maka peserta didik harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian peserta didik, maka timbullah kebosanan sehingga ia tidak lagi suka belajar.
c.       Minat
Tidak adanya minat peserta didik terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar. Karena minat merupakan kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.
d.      Bakat
Bakat adalah potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Jika bahan pelajaran yang dipelajari peserta didik sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena biasanya seseorang akan lebih rajin dan giat jika yang dipelajari itu sesuai dengan bakatnya.
e.       Motif
Motif erat sekali hubungannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika peserta didik tidak memiliki motif didalam belajar maka tujuan dari pembelajaran tidak akan tercapai. Dengan tidak tercapainya tujuan pembelajaran menandakan peserta didik mengalami kesulitan dalam belajar.
f.       Kematangan
Kematangan adalah suatu tingkat/ fase dalam pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru. Belajar akan lebih berhasil jika peserta didik sudah siap (matang).
g.      Kesiapan
Kesiapan adalah ketersediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesiapan itu perlu diperhatikan dalam belajar, karena jika peserta didik belajar dan padanya sudah ada kesiapan, maka hasil belajranya akan lebih baik.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:239-247) faktor intern yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar yaitu : 1) sikap siswa yang sering mengabaikan pelajaran, 2) lemahnya motivasi belajar siswa, 3) menurunnya konsentrasi belajar siswa, 4) ketidakmampuan siswa dalam mengolah bahan belajar, 5) lemahnya kemampuan siswa dalam mengelolah hasil belajar, 6) adanya rasa tidak percaya diri siswa, 7) rendahnya tingkat intelegensi, 8) kebiasaan belajar yang kurang baik, 9) cita-cita siswa yang belum jelas.
Sedangkan menurut Yamin (2011:248) faktor intern yang menyebabkan peserta didik kesulitan belajar yaitu kesehatan yang sering terganggu (sakit), IQ yang rendah, selain faktor IQ yang menyebabkan munculnya kesulitan belajar yaitu bakat, minat, motivasi, kondisi kesehatan mental anak, dan tipe anak dalam belajar.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan secara umum mengenai faktor  intern yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan belajar yaitu kesehatan tubuh yang sering terganggu, cacat tubuh, tingkat intelegensi yang rendah, tidak adanya perhatian peserta didik terhadap bahan pelajaran, tidak adanya minat terhadap pelajaran, lemahnya motivasi belajar peserta didik, dan kebiasaan belajar yang kurang baik.

2.4.2        Faktor-Faktor Ekstern
Seperti faktor intern, faktor ekstern juga terdiri atas dua macam, yaitu faktor sosial dan nonsosial.
1.      Faktor Sosial
“Faktor sosial adalah faktor manusia (sesama manusia), baik manusia itu ada (hadir) maupun kehadirannya itu dapat disimpulkan, jadi tidak langsung hadir” (Suryabrata, 2007:234).
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:85-93) yang termasuk dalam faktor ini antara lain
a.       Keluarga
Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama. Tetapi bisa juga menjadi faktor penyebab kesulitan belajar.
-        Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak /kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya, orang tua yang bersifat kejam, otoriter atau terlalu memanjakan anaknya akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Semua itu akan menyebabkan anak kesulitan dalam belajarnya.
-        Hubungan Orang Tua dan Anak
Yang dimaksud hubungan adalah berupa kasih sayang penuh pengertian ataupun kebencian sikap keras, acuh tak acuh, memanjakan dll. Kasih sayang dari orang tua kepada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak. Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian juga dengan sikap keras, kejam, acuh tak acuh akan menyebabkan hal yang serupa.
-        Contoh/ Bimbingan dari Orang Tua
Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya segala yang diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya.
-        Suasana Rumah / Keluarga
Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk belajar.
-        Keadaan Ekonomi Keluarga
1)      Ekonomi yang kurang/miskin, keadaan ini akan menimbulkan kurangnya alat-alat belajar, kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua, tidak mempunyai tempat belajar yang baik. Semua hal tersebut akan menghambat kemajuan belajar anak.
2)      Ekonomi yang Berlebihan / kaya, dimana ekonomi keluarga berlimpah ruah. Mereka akan segan belajar karena ia terlalu banyak bersenang-senang, dimanjakan orang tuanya akibatnya anak kurang dapat memusatkan perhatiannya kepada belajar. Keadaan seperti ini akan menghambat kemajuan belajar.
b.      Guru
Guru dapat menjadi sebab kesulitan belajar apabila:
-        Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.
-        Hubungan guru dengan murid yang kurang baik
-        Guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak
-        Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar. Misalnya dalam bakat, minat, sifat, kebutuhan anak-anak dan sebagainya.
-        Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar, antara lain:
1)      Metode mengajar tidak menarik, kemungkinan materinya tinggi atau tidak menguasai bahan.
2)      Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi.
3)      Guru dalam mengajar tidak menggunakan alat peraga.
4)      Metode mengajar yang meneybabkan peserta didik pasif, sehingga peserta didik tidak ada aktivitas.
c.       Teman Bergaul
Teman bergaul pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak suka bergaul dengan mereka yang tidak sekolah, maka ia akan malas belajar, sebab cara hidup anak yang bersekolah berlainan dengan anak yang tidak bersekolah
d.      Kehidupan Masyarakat / tetangga
Kondisi masyarakat dilingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak penganggur sangat mempengaruhi aktivitas belajar. Paling tidak seorang peserta didik akan menemukan kesulitan ketika memerlukan teman belajar atau berdiskusi.

2.      Faktor Nonsosial
Ada beberapa faktor nonsosial yang menyebabkan kesulitan belajar yaitu:
a.       Alat Pelajaran
Alat pelajaran yang kuarang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Terutama pelajaran yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan kesulitan dalam belajar.
b.      Kondisi Gedung
Ruang kelas / tempat belajar anak harus memenuhi syarat kesehatan seperti:
1)      Ruangan harus berjendela, ventilasi cukup, udara segar dapat masuk ruangan, sinar dapat menerangi ruangan.
2)      Dinding harus bersih, putih, tidak terlihat kotor.
3)      Lantai tidak becek, licin atau kotor.
4)      Keadaan gedung jauh dari tempat keramaian sehingga anak mudak konsentrasi dalam belajarnya
Apabila beberapa hal tersebut tidak terpenuhi misalnya gedung dekat keramaian, ruangan gelap, lantai basah, ruangan sempit, maka situasi belajar akan kurang baik.
c.       Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik misalnya:
1)      Bahan-bahannya terlalu tinggi
2)      Pembagian bahan yang tidak seimbang
3)      Adanya pendataan materi
Kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan anak akan membawa kesuksesan dalam belajar.
d.      Waktu Sekolah dan Disiplin Kurang
Apabila sekolah masuk sore, siang, malam, maka kondisi anak tidak lagi dalam keadaan yang optimal untuk menenrima pelajaran. Sebab energi sudah berkurang, disamping udara yang relatif panas di waktu siang dapat mempercepat proses kelelahan.
Disamping itu pelaksanaan disiplin yang kurang, misalnya murid-murid liar, sering terlambat dating, tugas yang diberikan tidak dilaksanakan, keajibannya dilalaikan, sekolah berjalan tanpa kendali. Lebih-lebih lagi gurunya kurang disiplin akan banyak mengalami hambatan dalam belajar.
e.       Media Massa
Media massa meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku komik yang ada disekeliling tempat tinggal kita. Hal-hal ini akan menghambat belajar apabila terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu hingga akan lupa tugasnya belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:248-254) faktor ekstern yang menyebabkan peserta didik mengalami kesulitan belajar yaitu 1) guru belum sepenuhnya mampu menjadi Pembina peserta didik dalam belajar, 2) sarana dan prasarana yang tidak lengkap, 3) peserta didik yang tidak memiliki lingkungan sosial yang baik disekolah, 4) perubahan kurikulum.
Sedangkan menurut Yamin (2011:249) faktor ekstern yang menyebabkan munculnya masalah kesulitan belajar yaitu anak yang tidak mendapatkan perhatian yang cukup atau mendapatkan perhatian yang berlebihan, hubungan orang tua dengan anak yang tidak harmonis, kondisi tempat  belajar yang tidak mendukung, alat-alat pembelajaran yang tidak menunjang.
Dari beberapa uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor ekstern yang menyebabkan munculnya masalah kesulitan belajar adalah cara mendidik orang tua yang tidak tepat, hubungan orang tua dan anak yang kurang baik, guru yang tidak kualified dibidangnya, metode mengajar yang menoton, sarana dan prasarana yang tidak menunjang, dan lingkungan tempat tinggal yang tidak baik.

2.5  Ciri-Ciri Peserta Didik yang Mengalami Kesulitan Belajar
Peserta didik yang mengalami kesulitan belajar itu memiliki hambatan-hambatan sehingga menampakkan gejala-gejala yang bisa diamati oleh guru. Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:94) ada beberapa gejala sebagai pertanda adanya kesulitan belajar :
1)      Menunjukkan prestasi yang rendah / dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.
2)      Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan. Ia berusaha dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3)      Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar.
4)      Menunjukkan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura.
5)      Menunjukkan tingkah laku yang berlainan, seperti murung, pemarah, bingung, cemberut , kurang gembira, selalu sedih.

2.6  Usaha Mengatasi Kesulitan Belajar
Menurut Ahmadi dan Supriyono (2004:96-101) secara garis besar langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam mengatasi kesulitan belajar dapat dilakukan melalui enam tahap yaitu:
1)      Pengumpulan data, untuk menemukan sumber penyebab kesulitan belajar diperlukan banyak informasi. Untuk memperoleh informasi tersebut, maka perlu diadakan suatu pengamatan langsung yang disebut dengan pengumpulan data.
2)      Pengolahan data, data dioalh dan dikaji untuk mengetahui secara pasti sebab-sebab kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik.
3)      Diagnosis, diagnosis adalah keputusan  mengenai hasil dari pengolahan data
4)      Prognosis, berdasarkan hasil diagnosis dapat menyusun dan menetapkan ramalan mengenai bantuan apa yang harus diberikan untuk membantu mengatasi masalahnya.
5)      Treatment (perlakuan), pemberian bantuan kepada peserta didik yang mengalami kesulitan belajar sesuai dengan progam yang telah disusun pada tahap prognosis.
6)      Evaluasi, untuk mengetahui apakah treatment yang diberikan tersebut berhasil dengan baik atau bahkan gagal sama sekali.

2.7   Pengertian Akuntansi
Akuntansi sering disebut sebagai bahasa bisnis (business language), atau lebih tepatnya sebagai bahasa pengambilan keputusan. Semakin seseorang menguasai bahasa ini, maka akan semakin baik pula orang tersebut menangani berbagai aspek keuangan dalam kehidupannya.
Menurut American Institute of Certified Publik Accounting (AICPA) dalam ( Harahap, 2012:5) “akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran, dengan cara tertentu dan dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya”.
Definisi akuntansi menurut Muawanah (2008:1-2) dapat dirumuskan melalui dua sudut pandang yaitu:
1)      Apabila ditinjau dari sudut pandang akuntansi, akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu disiplin ilmu atau aktivitas jasa yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi kegiatan suatu entitas atau transaksi yang bersifat keuangan (financial).
2)      Jika ditinjau dari sudut pandang proses kegiatannya, akuntansi dapat didefinisikan sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, pelaporan, dan penganalisaan data keuangan suatu entitas.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah suatu ilmu atau seni pencatatn, penggolongan, peringkasan dan pelaporan keuangan sehingga dapat dijadikan alat untuk pengambilan keputusan.

2.8  Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Akuntansi
Belajar akuntansi berbeda dengan belajar matapelajarn yang lain karena didalam belajar akuntansi membutuhkan ketelitian, ketekunan, dan keterampilan dalam bentuk latihan yang kontinyu. Belajar akuntansi boleh dikatakan tidak sesulit belajar ilmu pasti, tetapi kenyataan dilapangan banyak siswa yang merasa kesulitan dalam belajar akuntansi terbukti dengan hasil belajar yang masih rendah (Marnoko, 2010:371). Hasil belajar yang rendah tersebut tentunya disebabkan oleh banyak faktor. Berdasarkan hasil penelitian Maas (2004:48) faktor-faktor yang mempengaruhi peserta didik mengalami kesulitan belajar akuntansi yaitu :
1)      Fasilitas yang belum mencukupi  terutama buku-buku literatur atau buku paket akuntansi yang tersedia diperpustakaan sekolah dan banyak peserta didik yang tidak mempunyai alat hitung kalkulator.
2)      Peserta didik kurang dapat menguasai materi pelajaran akuntansi karena peserta didik menganggap masih pelajaran yang baru.
3)      Kurangnya motivasi atau tidak mengetahui bagaimana metode atau cara belajar yang efisien.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian Firmansyah (2005:48) menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar akuntansi pada pokok bahasan jurnal umum adalah sebagai berikut:
1)      Kesulitan belajar akuntansi yang dialami peserta didik secara umum terletak pada kesulitan peserta didik memahami maksud transaksi atau penginterprestasian kalimat dalam soal.
2)      Kesulitan menganalisis hubungan antar transaksi.
3)      Kesalahan dalam menempatkan akun transaksi pada posisi yang tepat.
4)      Kekeliruan peserta didik menghitung nilai nominal transaksi
5)      Persepsi peserta didik tentang akuntansi yang dianggap sulit untuk dipelajari
6)      Secara umum sebagian besar siswa tidak mempunyai jadwal teratur .
7)      Kurangnya minat peserta didik untuk membaca materi dirumah.
8)      Kurang mempunyai daya serap yang baik dalam pokok bahasan jurnal umum.
9)      Tidak memiliki buku-buku yang menunjang untuk mempelajari akuntansi.
10)  Sebagian besar peserta didik merasa guru kurang menyampaikan dengan jelas terhadap materi yang diajarkan
11)  Peserta didik kurang tertarik dengan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran akuntansi dikelas.
12)  Metode mengajar guru dianggap kurang bervariasi atau monoton.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar akuntansi adalah sarana yang belum mencukupi, persepsi peserta didik terhadap pelajaran akuntansi yang dianggap sulit dan masih baru, kurangnya motivasi dan minat peserta didik, kebiasaan belajar peserta didik yang kurang baik, guru yang kurang kompeten dalam penyampaian materi pelajaran, peserta didik kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi didalam kelas karena metode guru yang mengajar kurang bervariasi atau monoton dan daya serap peserta didik yang kurang baik terhadap materi akuntansi.
III.           PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah suatu kondisi dimana adanya hambatan dan gangguan dalam proses belajar yang ditandai adanya kesenjangan dalam pencapaian hasil belajar. Kesulitan belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor yang berasal dari diri peserta didik (faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar diri peserta didik (faktor ekstern).
Sedangkan faktor yang menyebabkan peserta didik kesulitan belajar akuntansi yaitu sarana yang belum mencukupi, persepsi peserta didik terhadap pelajaran akuntansi yang dianggap sulit dan masih baru, kebiasaan belajar peserta didik yang kurang baik, kurangnya motivasi dan minat peserta didik, , guru yang kurang kompeten dalam penyampaian materi pelajaran, peserta didik kurang tertarik dengan cara guru menyampaikan materi didalam kelas karena metode guru yang mengajar kurang bervariasi atau monoton dan daya serap peserta didik yang kurang baik terhadap materi akuntansi.



SUMBER BACAAN
Ahmadi dan Supriyono. 2004. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Dimyati dan Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaali. 2011. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
Firmansyah. 2005. Kesulitan Belajar Akuntansi Siswa Kelas II SMA Negeri 1 Indralaya. Skripsi            Indralaya : FKIP Universitas Sriwijaya.
Hamalik, Oemar. 2004. Proses belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harahap, Sofyan Safri. 2012. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Pers.
Idris, Ridwan. 2009. Mengatasi Kesulitan Belajar dengan Pendekatan Psikologi Kognitif. Dalam Jurnal Lentera Pendidikan. Vol. 12. Hal. 152—172.
Iskandar. 2009. Psikologi Pendidikan Sebuah Orientasi Baru. Ciputat: Gaung Persada (GP) Press.
Maas, Markus. 2004. Faktor-Faktor Kesulitan Belajar Akuntansi Siswa IPS SMAK BPK PENABUR Sukabumi. Dalam Jurnal Pendidikan Penabur. No.  03. Hal 22—49.
Mahmud. 2010. Psikologi Pendidikan. Bandung: CV. Pustaka Setia.
Marnoko. 2010. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar Akuntansi Terhadap Prestasi Siswa IPS  Tahun Pelajaran 2009/2010. Dalam Jurnal Ilmiah Abdi Ilmu. Vol.3 No.2. Hal. 366—376.
Muawanah dan Fahmi. 2008.  BSE Konsep Dasar Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Jilid 1 Untuk SMK. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar  dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional.
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT. Asdi Mahasatya.
Suryabrata, Sumadi. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada.
Suryani, Yulinda Erma. 2010. Kesulitan Belajar. Dalam Jurnal Magistra. No. 73. Th. XXII. Hal. 33—47.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Yamin, Martinis. 2011. Paradigma Baru Pembelajaran. Jakarata: Gaung Persada (GP) Press. 


SEMOGA BERMANFAAT :)